Senin, 02 Maret 2015

Cerita Di 3 Maret



1. Alexander Graham Bell

.
Ngomong-ngomong pada tanggal 3 Maret juga Alexander Graham Bell dilahirkan di Edinburgh, Skotlandia, Britania Raya. Alexander Graham Bell merupakan seorang ilmuwan, pencipta dan pendiri perusahaan telepon Bell. Selain karyanya dalam teknologi komunikasi, ia juga menyumbangkan kemajuan penting dalam teknologi penerbangan dan hidrofoil.

Graham Bell menimba ilmu di University Edinburh dan University College London. Ia menikah dengan Mabel Hubbard dan di karuniai 4 orang puta (yang meninggal ketika bayi) dan 2 orang putri. Pada tanggal 2 Agustus 1922 pada umur 75 tahun. Begitu lah cerita singkat dari kehidupan Alexander Graham Bell sang penemu Telepon. 

2. Hinamatsuri


Hinamatsuri (雛祭り, ひなまつり?) atau Hina Matsuri adalah perayaan setiap tanggal 3 Maret di Jepang yang diadakan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan. Keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set boneka yang disebut hinaningyō (雛人形?, boneka festival).

Satu set boneka terdiri dari boneka kaisar, permaisuri, puteri istana (dayang-dayang), dan pemusik istana yang menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Pakaian yang dikenakan boneka adalah kimono gaya zaman Heian. Perayaan ini sering disebut Festival Boneka atau Festival Anak Perempuan karena berawal permainan boneka di kalangan putri bangsawan yang disebut hiina asobi (bermain boneka puteri).

Walaupun disebut matsuri, perayaan ini lebih merupakan acara keluarga di rumah, dan hanya dirayakan keluarga yang memiliki anak perempuan. Sebelum hari perayaan tiba, anak-anak membantu orang tua mengeluarkan boneka dari kotak penyimpanan untuk dipajang. Sehari sesudah Hinamatsuri, boneka harus segera disimpan karena dipercaya sudah menyerap roh-roh jahat dan nasib sial.

Boneka diletakkan di atas panggung bertingkat yang disebut dankazari (tangga untuk memajang). Jumlah anak tangga pada dankazari ditentukan berdasarkan jumlah boneka yang ada. Masing-masing boneka diletakkan pada posisi yang sudah ditentukan berdasarkan tradisi turun temurun. Panggung dankazari diberi alas selimut tebal berwarna merah yang disebut hi-mōsen.

Satu set boneka biasanya dilengkapi dengan miniatur tirai lipat (byōbu) berwarna emas untuk dipasang sebagai latar belakang. Di sisi kiri dan kanan diletakkan sepasang miniatur lampion (bombori). Perlengkapan lain berupa miniatur pohon sakura dan pohon tachibana, potongan dahan bunga persik sebagai hiasan.

Tangga teratas[sunting | sunting sumber]
Dua boneka yang melambangkan kaisar (o-dairi-sama) dan permaisuri (o-hina-sama) diletakkan di tangga paling atas. Dalam bahasa Jepang, dairi berarti "istana kaisar", dan hina berarti "sang putri" atau "anak perempuan". Wilayah Kansai dan Kanto memiliki urutan kanan-kiri yang berbeda dalam penempatan boneka kaisar dan permaisuri, namun susunan boneka di setiap anak tangga berikutnya selalu sama.

Tangga kedua[sunting | sunting sumber]
Tiga boneka puteri istana (san-nin kanjo) diletakkan di tangga kedua. Ketiga puteri istana membawa peralatan minum sake. Boneka puteri istana yang paling tengah membawa mangkuk sake (sakazuki) yang diletakkan di atas sampō. Dua boneka puteri istana yang lain membawa poci sake (kuwae no chōshi), dan wadah sake yang disebut (nagae no chōshi). Gigi salah satu boneka puteri istana dihitamkan (ohaguro) dan alisnya dicukur habis. Dalam boneka versi Kyoto, puteri istana yang paling tengah dari Kyoto membawa shimadai (hiasan tanda kebahagiaan dari daun pinus, daun bambu, dan bunga ume).[1]

Tangga ketiga[sunting | sunting sumber]
Lima boneka pemusik pria (go-nin bayashi) berada di tangga ketiga. Empat musisi masing-masing membawa alat musik, kecuali penyanyi yang membawa kipas lipat. Alat musik yang dibawa masing-masing pemusik adalah taiko, ōkawa, kotsuzumi, dan seruling.

Tangga keempat[sunting | sunting sumber]
Dua boneka menteri (daijin) yang terdiri dari Menteri Kanan (Udaijin) dan Menteri Kiri (Sadaijin) berada di tangga ke-4. Boneka Menteri Kanan digambarkan masih muda, sedangkan boneka Menteri Kiri tampak jauh lebih tua. Dari sudut pandang pengamat, Menteri Kanan berada di sebelah kiri, sedangkan Menteri Kiri berada di sebelah kanan.

Tangga kelima[sunting | sunting sumber]
Pada tangga kelima diletakkan tiga boneka pesuruh pria (shichō). Ketiganya masing-masing membawa bungkusan berisi topi (daigasa) yang dibawa dengan sebilah tongkat, sepatu yang diletakkan di atas sebuah nampan, dan payung panjang dalam keadaan tertutup. Dalam boneka versi lain, pesuruh pria membawa penggaruk dari bambu (kumade) dan sapu.[2] Selanjutnya, kereta sapi dan berbagai miniatur mebel yang dijadikan hadiah pernikahan diletakkan di atas tangga-tangga di bawahnya.

Hidangan[sunting | sunting sumber]

Chirashizushi hidangan Hinamatsuri
Hidangan istimewa untuk anak perempuan yang merayakan Hinamatsuri antara lain: kue hishimochi, kue hikigiri, makanan ringan hina arare, sup bening dari kaldu ikan tai atau kerang (hamaguri), serta chirashizushi. Minumannya adalah sake putih (shirozake) yang dibuat dari fermentasi beras ketan dengan mirin atau shōchū, dan kōji. Minuman lain yang disajikan adalah sake manis (amazake) yang dibuat dari ampas sake (sakekasu) yang diencerkan dengan air dan dimasak di atas api.

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Sebelum kalender Gregorian digunakan di Jepang, Hinamatsuri dirayakan setiap hari ke-3 bulan 3 menurut kalender lunisolar. Menurut kalender lunisolar, hari ke-3 bulan 3 disebut momo no sekku (perayaan bunga persik), karena bertepatan dengan mekarnya bunga persik.

Kalender Gregorian mulai digunakan di Jepang sejak 1 Januari 1873 sehingga perayaan Hinamatsuri berubah menjadi tanggal 3 Maret. Walaupun demikian, sebagian orang masih memilih untuk merayakan Hinamatsuri sesuai perhitungan kalender lunisolar (sekitar bulan April kalender Gregorian),

Dalam sejumlah literatur klasik ditulis tentang kebiasaan bermain boneka di kalangan anak perempuan bangsawan istana dari zaman Heian (sekitar abad ke-8). Menurut perkiraan, boneka dimainkan bersama rumah boneka yang berbentuk istana. Permainan di kalangan anak perempuan tersebut dikenal sebagai hina asobi (bermain boneka puteri). Pada prinsipnya, hina asobi adalah permainan dan bukan suatu ritual.

Sejak abad ke-19 (zaman Edo), hina asobi mulai dikaitkan dengan perayaan musim (sekku) untuk bulan 3 kalender lunisolar. Sama halnya dengan perayaan musim lainnya yang disebut "matsuri", sebutan hina asobi juga berubah menjadi Hinamatsuri dan perayaannya meluas di kalangan rakyat.

Orang Jepang pada zaman Edo terus mempertahankan cara memajang boneka seperti tradisi yang diwariskan turun temurun sejak zaman Heian. Boneka dipercaya memiliki kekuatan untuk menyerap roh-roh jahat ke dalam tubuh boneka, dan karena itu menyelamatkan sang pemilik dari segala hal-hal yang berbahaya atau sial. Asal-usul konsep ini adalah hinanagashi ("menghanyutkan boneka"). Boneka diletakkan di wadah berbentuk sampan, dan dikirim dalam perjalanan menyusuri sungai hingga ke laut dengan membawa serta roh-roh jahat.

Kalangan bangsawan dan samurai dari zaman Edo menghargai boneka Hinamatsuri sebagai modal penting untuk wanita yang ingin menikah, dan sekaligus sebagai pembawa keberuntungan. Sebagai lambang status dan kemakmuran, orang tua berlomba-lomba membelikan boneka yang terbaik dan termahal bagi putrinya yang ingin menjadi pengantin.

Boneka yang digunakan pada awal zaman Edo disebut tachibina (boneka berdiri) karena boneka berada dalam posisi tegak, dan bukan duduk seperti sekarang ini. Asal-usul tachibina adalah boneka berbentuk manusia (katashiro) yang dibuat ahli onmyōdō untuk menghalau nasib sial. Boneka dalam posisi duduk (suwaribina) mulai dikenal sejak zaman Kan'ei. Pada waktu itu, satu set boneka hanya terdiri sepasang boneka yang keduanya bisa dalam posisi duduk maupun berdiri.

Sejalan dengan perkembangan zaman, boneka menjadi semakin rumit dan mewah. Pada zaman Genroku, orang mengenal boneka genrokubina (boneka zaman Genroku) yang dipakaikan kimono dua belas lapis (jūnihitoe). Pada zaman Kyōhō, orang mengenal boneka ukuran besar yang disebut kyōhōbina (boneka zaman Kyōhō). Perkembangan lainnya adalah pemakaian tirai lipat (byōbu) berwarna emas sebagai latar belakang genrokubina dan kyōhōbina sewaktu dipajang.

Keshogunan Tokugawa pada zaman Kyōhō berusaha membatasi kemewahan di kalangan rakyat. Boneka berukuran besar dan mewah ikut menjadi sasaran pelarangan barang mewah oleh keshogunan. Sebagai usaha menghindari peraturan keshogunan, rakyat membuat boneka berukuran mini yang disebut keshibina (boneka ukuran biji poppy), dan hanya berukuran di bawah 10 cm. Namun keshibina dibuat dengan sangat mendetil, dan kembali berakhir sebagai boneka mewah.

Sebelum zaman Edo berakhir, orang mengenal boneka yang disebut yūsokubina (boneka pejabat resmi istana). Boneka dipakaikan kimono yang merupakan replika seragam pejabat resmi istana. Prototipe boneka Hinamatsuri yang digunakan di Jepang sekarang adalah kokinbina (translasi literal: boneka zaman dulu). Perintis kokinbina adalah Hara Shūgetsu yang membuat boneka seakurat mungkin berdasarkan riset literatur sejarah. Boneka yang dihasilkan sangat realistik, termasuk penggunaan gelas untuk mata boneka.

Mulai sekitar akhir zaman Edo hingga awal zaman Meiji, boneka Hinamatsuri yang mulanya hanya terdiri dari sepasang kaisar dan permaisuri berkembang menjadi satu set boneka lengkap berikut boneka puteri istana, pemusik, serta miniatur istana, perabot rumah tangga dan dapur. Sejak itu pula, boneka dipajang di atas dankazari (tangga untuk memajang), dan orang di seluruh Jepang mulai merayakan hinamatsuri secara besar-besaran.

Okee Sekian cerita di tanggan 3 Maret, Terimakasih :)     

Senin, 01 Desember 2014

Seminggu Sebelum Ujian..


Gak terasa aja sekarang udah mau ujian semester 1 dan sebentar lagi mau ujian nasional.
3 hari lagi ujian semester akan dimulai tetapi sedikit pun gak ada persiapan buat ujian.
Setiap hari kerjaan di sekolah cuma cerita-cerita sama teman dan gak pernah belajar serius.
Dirumah kerjaan nya cuma tidur sama main game.
Mudah-mudahan soal nya gak terlalu susah dan semoga rangking aku meningkat.
Amiiiin o:)

Warna Warni Perayaan Hari Aids Sedunia di Tanah Air

 
 
Keprihatinan terhadap maraknya penyebaran penyakit HIV/AIDS tampaknya telah mencuri perhatian berbagai pihak dalam menyambut peringatan hari AIDS se-dunia yang digelar pada 1 Desember ini. Hal ini terbukti dari warna warni aktivitas perayaan hari aids yang didapati di berbagai wilayah di tanah air, seperti:
 

Jalan santai di Maros

Pemerintah Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan memperingati Hari Aids sedunia dengan menggelar jalan santai pada Minggu, 30 Desember 2014. Acara ini mengajak para PNS, pelajar, ormas, LSM dan masyarakat. Acara yang dibuka oleh Bupati dan Wakil Bupati Maros, HM Hatta Rahman dan HA Harmil Mattotorang ini menjadi salah satu bentuk pencegahan terhadap penyebaran HIV/AIDS yang datang dari luar wilayah. Sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dan penganggulangan. Selain itu, Pemerintah bahkan membentuk kelembagaan KPA dan pembentukan relawan anti narkoba dan AIDS. 


Mahasiswa gelar penyuluhan dan bagi-bagi bunga

Ratusan elemen mahasiswa di Madiun menggelar aksi penyuluhan kepada para pengguna jalan akan bahaya penyakit AIDS dan cara-cara penularannya. Dalam aksi itu, mereka juga tampak membagi-bagikan bunga dan pamplet berisi ulasan tentang penyakit tersebut. 


Lomba posting tentang Aids

Lain pula dengan perayaan hari Aids di Nusa Tenggara Timur (NTT), melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan mahasiswa magang Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang menggelar lomba posting seputar penyakit AIDS. Para peserta diminta untuk menuangkan ide kreatif, argumen, pendapat atau pemikiran serta foto selfie yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Penyelenggaraan lomba ini bertujuan untuk mengajak masyarakat terlibat dalam menanggulangan penyebaran HIV/AIDS. 


Protes program kondomisasi

Bila sebagian masyarakat merayakan peringatan hari HIV/AIDS  dengan penyuluhan dan aksi damai, masyarakat juga tampak sangat antusias mengkritisi tentang kebijakan kementerian kesehatan dalam hal pembagian kondom gratis kepada remaja. Hal itu justru dianggap memperbesar peluang kaum remaja melakukan hubungan seks bebas. Pembagian kondom dianggap akan jauh lebih tepat sasaran bila dibagi-bagi di tempat-tempat yang punya risiko tertular HIV/AIDS, misal di lokalisasi.

Beragam aktivitas perayaan hari HIV/AIDS di atas menjadi bukti  bahwa penyakit mematikan ini patut mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu, World Health Organisation (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia terus melakukan percepatan upaya pengentasan AIDS di tahun 2030. 

Senin, 24 November 2014


Puisi Ibu – oleh Vera Silviani

Ibu
Maafkan aku ibu
Maafkan aku
Aku tau pasti engkau kecewa
Aku tau pasti engkau sedih
Ibu…
Maaf kan lah aku
Bukan aku tak ingin melihatmu tersenyum
Bukan juga aku ingin mengecewakanmu
Ibu…
Ini bukan keputusanku
Ini bukan yang aku mau
Jika aku boleh meminta tentu aku lebih ingin melihatmu tersenyum ingin melihatmu bahagia
Puisi Ibu – oleh Vera Silviani
purwokerto

Senin, 17 November 2014

Kenalan dulu


Tentang Saya..






Zulfa Hijayani, itulah nama saya..
Biasanya sih dipanggil Zulfa sama teman-teman, aku anak ke-3 dari 3 bersaudara.
Punya hobby masak, belanja, tidur, baca buku, dandan, nyanyi, dengerin musik dan masih banyak lagi. Aku lahir di Pekanbu tanggal 11 April 1997, dan pastinya sekarang aku masih berumur 17 tahun. Aku bersekolah di SMK Labor Pekanbaru. Disekolah aku punya sahabat yang nama nya Nada Selvia, Ryda, Dan Tri. Aku orangnya simple tapi agak cerewet.
Udaah segitu dulu aja deh tentang aku. Makasih teman :$